PENDAHULUAN
Layanan
bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia.
Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling
tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak
dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan
penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan
pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik
maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta
mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima
jasa layanan (klien)
.
.
Agar
aktivitas dalam layanan bimbingan dan konseling tidak terjebak dalam berbagai
bentuk penyimpangan yang dapat merugikan semua pihak, khususnya pihak para
penerima jasa layanan (klien) maka pemahaman dan penguasaan tentang landasan
bimbingan dan konseling khususnya oleh para konselor tampaknya tidak bisa
ditawar-tawar lagi dan menjadi mutlak adanya.
Berbagai kesalahkaprahan dan
kasus malpraktek yang terjadi dalam layanan bimbingan dan konseling selama ini,
seperti adanya anggapan bimbingan dan konseling sebagai “polisi sekolah”, atau
berbagai persepsi lainnya yang keliru tentang layanan bimbingan dan konseling,
sangat mungkin memiliki keterkaitan erat dengan tingkat pemahaman dan
penguasaan konselor.tentang landasan bimbingan dan konseling. Dengan kata lain,
penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilakukan secara asal-asalan, tidak
dibangun di atas landasan yang seharusnya
Oleh karena itu, dalam upaya
memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan dan konseling, khususnya bagi
para konselor, melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang beberapa landasan
yang menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan konseling.
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagai sebuah layanan
profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan
secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang
kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam.
Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan
bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin
lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat
besar bagi kehidupan, khususnya bagi para siswa sebagai penerima jasa layanan
(klien). Dengan pelayanan yang baik akan tercipta suatu iklim yang kondusif
serta menciptakan masyarakat yang berakhlak dan bermoral.
Landasan bimbingan konseling
pada hakekatnya merupakan merupakan faktor-faktor yang harus diperhatikan dan
dipertimbangkan khususnya oleh konselor selaku pelaksana utama dalam
mengembangkan layanan bimbingan dan konseling. Ibarat sebuah bangunan, untuk
dapat berdiri tegak dan kokoh tentu membutuhkan fondasi yang kuat dan tahan
lama. Apabila bangunan tersebut tidak memiliki fondasi yang kokoh, maka
bangunan itu akan mudah goyah atau bahkan ambruk. Demikian pula pada layanan
bimbingan konseling , apabila tidak didasari oleh fondasi atau landasan yang
kokoh akan mengakibatkan kehancuran terhadap layanan bimbingan dan konseling
itu sendiri dan yang menjadi taruhannya adalah individu yang dilayaninya
(klien) atau siswa.
Oleh karena itu, dalam upaya
memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan dan konseling, khususnya bagi
para konselor, melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang beberapa landasan
yang menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan konseling terutama
dalam hal ini adalah landasan keagamaan yang menjadi landasan utama yang
penting untuk dipahami secara komprehensif oleh para konselor. Apakah agama
dapat dijadikan pijakan bagi konselor untuk membantu dalam memberikan pelayanan
bimbingan? Dan apakah jiwa yang tidak sehat dan masalah-masalah sosial lain
dapat diatasi melalui pendekatan agama?. Untuk itu dalam makalah ini akan
menjelaskan pentingnya landasan agama dalam pelaksanaan bimbingan konseling
terutama di sekolah.
Dalam upaya pemahaman tentang
landasan bimbingan dan konseling, khususnya bagi para konselor, di bawah ini
dijabarkan menurut Prayitno (2004) tentang beberapa landasan yang menjadi
pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan konseling.
Secara teoritik, berdasarkan
hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek pokok yang
mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan
filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu
pengetahuan (ilmiah) dan teknologi. Di bawah ini dideskripsikan dari
masing-masing landasan bimbingan dan konseling tersebut sebagai berikut:
A. Landasan
Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan
arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan
bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis,
etis maupun estetis.Landasan filosofis dalam bimbingan dan konseling terutama
berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis
tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan
filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran
filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan
bahkan filsafat post-modern.
Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson
& Rudolph, dalam Prayitno: 2004 menggambarkan hakikat manusia sebagai
berikut :
1.
Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan
mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
2.
Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang
dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada
dirinya.
3.
Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan
menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
4.
Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik
dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan
atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
5.
Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis dan
spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
6.
Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan
kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya
sendiri.
7.
Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan
kehidupannya sendiri.
8.
Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya
untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri.
Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri
manusia itu dan akan menjadi apa manusia itu.
9.
Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat
dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi
sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan
memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling
diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang
konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan
memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
B. Landasan
Psikologis
Landasan
psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor
tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk
kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu
dikuasai oleh konselor adalah tentang :
a. Motif
dan Motivasi
Motif dan
motivasi berkenaan dengan dorongan yang menggerakkan seseorang berperilaku baik
motif primer yaitu motif yang didasari oleh kebutuhan asli yang dimiliki oleh
individu semenjak dia lahir, seperti : rasa lapar, bernafas dan sejenisnya
maupun motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi,
memperoleh pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya
motif-motif tersebut diaktifkan dan digerakkan, baik dari dalam diri individu
(motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik), menjadi
bentuk perilaku instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu
tujuan.
b. Pembawaan
dan Lingkungan
Pembawaan dan
lingkungan berkenaan dengan faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhi
perilaku individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu yang dibawa sejak lahir dan
merupakan hasil dari keturunan, yang mencakup aspek psiko-fisik, seperti
struktur otot, warna kulit, golongan darah, bakat, kecerdasan, atau ciri-ciri
kepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat potensial yang perlu
dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan mewujudkannya bergantung pada
lingkungan dimana individu itu berada. Pembawaan dan lingkungan setiap individu
akan berbeda-beda. Ada individu yang memiliki pembawaan yang tinggi dan ada
pula yang sedang atau bahkan rendah. Misalnya dalam kecerdasan, ada yang sangat
tinggi (jenius), normal atau bahkan sangat kurang (debil, embisil atau ideot).
Demikian pula dengan lingkungan, ada individu yang dibesarkan dalam lingkungan
yang kondusif dengan sarana dan prasarana yang memadai, sehingga segenap
potensi bawaan yang dimilikinya dapat berkembang secara optimal. Namun ada pula
individu yang hidup dan berada dalam lingkungan yang kurang kondusif dengan
sarana dan prasarana yang serba terbatas sehingga segenap potensi bawaan yang
dimilikinya tidak dapat berkembang dengan baik.dan menjadi tersia-siakan.
c. Perkembangan
Individu
Perkembangan
individu berkenaan dengan proses tumbuh dan berkembangnya individu yang
merentang sejak masa konsepsi (pranatal) hingga akhir hayatnya, diantaranya
meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral
dan sosial. Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan
sebagai rujukan, diantaranya :
I.
Teori dari Mc.Candless tentang pentingnya dorongan
biologis dan kultural dalam perkembangan individu;
II.
Teori dari Freud tentang dorongan seksual;
III.
Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial;
IV.
Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif;
V.
Teori dari Kohlberg tentang perkembangan moral;
VI.
Teori dari Zunker tentang perkembangan karier;
VII.
Teori dari Buhler tentang perkembangan sosial; dan
VIII.
Teori dari Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan
individu semenjak masa bayi sampai dengan masa dewasa.
Dalam menjalankan
tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek perkembangan individu
yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah perkembangan individu itu di masa
depan, serta keterkaitannya dengan faktor pembawaan dan lingkungan.
d. Belajar
Belajar merupakan
salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi. Manusia belajar untuk
hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat mempertahankan dan
mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu berbudaya dan
mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar adalah upaya untuk
menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah ada pada diri
individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian sesuatu
yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif, afektif
maupun psikomotor/keterampilan. Untuk terjadinya proses belajar diperlukan
prasyarat belajar, baik berupa prasyarat psiko-fisik yang dihasilkan dari
kematangan atau pun hasil belajar sebelumnya.
Untuk
memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat beberapa teori
belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah :
a) Teori
Belajar Behaviorisme;
b) Teori
Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi; dan
c) Teori
Belajar Gestalt.
d) Teori
Belajar Konstruktivisme.
e. Kepribadian
Hingga saat
ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan tentang kepribadian
secara bulat dan komprehensif. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang
dilakukan oleh Gordon W. Allport dalam Calvin S. Hall dan Gardner
Lindzey: (2005), menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang
berbeda-beda. Berangkat dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan
satu rumusan tentang kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat
dia bahwa kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai
sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah
“penyesuaian diri”.
Scheneider
dalam Syamsul Yusuf :(2003), mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses
respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya
mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi
dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut
dengan tuntutan (norma) lingkungan”.
Sedangkan
yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat
dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu
didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi
fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan
dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu
yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Sementara
itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek kepribadian, yang
mencakup :
1. Karakter;
yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsisten tidaknya
dalam memegang pendirian atau pendapat.
2. Temperamen;
yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.
3. Sikap;
sambutan terhadap objek yang bersifat positif, negatif atau ambivalen.
4. Stabilitas
emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan.
Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih, atau putus asa.
5. Responsibilitas
(tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan
yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko secara wajar, cuci tangan, atau
melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
6. Sosiabilitas;
yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti:
sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan
orang lain.
Dari uraiuan
di atas secara umum dalam diambil kesimpulan bahwa untuk kepentingan layanan
bimbingan dan konseling dan dalam upaya memahami dan mengembangkan perilaku
individu yang dilayani (klien) maka konselor harus dapat memahami dan
mengembangkan setiap motif dan motivasi yang melatarbelakangi perilaku individu
yang dilayaninya (klien). Selain itu, seorang konselor juga harus dapat
mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan dan menjadikannya sebagai modal
untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian hidup kliennya. Begitu pula,
konselor sedapat mungkin mampu menyediakan lingkungan yang kondusif bagi
pengembangan segenap potensi bawaan kliennya. Terkait dengan upaya pengembangan
belajar klien, konselor dituntut untuk memahami tentang aspek-aspek dalam
belajar serta berbagai teori belajar yang mendasarinya. Berkenaan dengan upaya
pengembangan kepribadian klien, konselor kiranya perlu memahami tentang
karakteristik dan keunikan kepribadian kliennya. Oleh karena itu, agar konselor
benar-benar dapat menguasai landasan psikologis, setidaknya terdapat empat bidang
psikologi yang harus dikuasai dengan baik, yaitu bidang psikologi umum,
psikologi perkembangan, psikologi belajar atau psikologi pendidikan dan
psikologi kepribadian.
f. Landasan
Sosial-Budaya
Landasan
sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada
konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya
merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah
dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan
tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi
tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya.
Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu
berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan
perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam
sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik
internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses
perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan
pribadi maupun sosialnya.
Dalam proses
konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien,
yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang
berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan
yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya,
yaitu :
·
Perbedaan bahasa;
·
Komunikasi non-verbal;
·
Stereotipe;
·
Kecenderungan menilai; dan
·
Kecemasan.
Terkait
dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006)
mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa
bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk
lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling
dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di
atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada
nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang
harmonis dalam kondisi pluralistik.
g. Landasan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan
bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki
dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan
tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan
menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen,
prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk
laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya.
Sejak awal
dicetuskannya gerakan bimbingan, layanan bimbingan dan konseling telah
menekankan pentingnya logika, pemikiran, pertimbangan dan pengolahan lingkungan
secara ilmiah (Mc.Daniel dalam Prayitno, 2004).
Bimbingan dan
konseling merupakan ilmu yang bersifat “multireferensial”. Beberapa disiplin
ilmu lain telah memberikan sumbangan bagi perkembangan teori dan praktek
bimbingan dan konseling, seperti : psikologi, ilmu pendidikan, statistik,
evaluasi, biologi, filsafat, sosiologi, antroplogi, ilmu ekonomi, manajemen,
ilmu hukum dan agama. Beberapa konsep dari disiplin ilmu tersebut telah
diadopsi untuk kepentingan pengembangan bimbingan dan konseling, baik dalam
pengembangan teori maupun prakteknya. Pengembangan teori dan pendekatan
bimbingan dan konseling selain dihasilkan melalui pemikiran kritis para ahli, juga
dihasilkan melalui berbagai bentuk penelitian.
Sejalan
dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer,
sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan
dan konseling. Menurut Gausel (Prayitno, 2004) bidang yang telah banyak
memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling
pendidikan. Moh. Surya (2006) mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan
teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya
(klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga
dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk
“cyber counseling”. Dikemukakan pula, bahwa perkembangan dalam bidang teknologi
komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi
dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.
Dengan adanya
landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran konselor didalamnya mencakup pula
sebagai ilmuwan sebagaimana dikemukakan oleh McDaniel (Prayitno, 2004) bahwa
konselor adalah seorang ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus mampu
mengembangkan pengetahuan dan teori tentang bimbingan dan konseling, baik
berdasarkan hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan
penelitian.
Berkenaan
dengan layanan bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia, Prayitno (2004)
memperluas landasan bimbingan dan konseling dengan menambahkan landasan
paedagogis, landasan religius dan landasan yuridis-formal.
Landasan
paedagogis dalam layanan bimbingan dan konseling ditinjau dari tiga segi,
yaitu:
Pendidikan sebagai upaya pengembangan individu
dan bimbingan merupakan salah satu bentuk kegiatan pendidikan;
Pendidikan sebagai inti proses bimbingan dan
konseling;
Pendidikan lebih lanjut sebagai inti tujuan
layanan bimbingan dan konseling.
Landasan
religius dalam layanan bimbingan dan konseling ditekankan pada tiga hal pokok,
yaitu :
v Manusia
sebagai makhluk Tuhan;
v Sikap
yang mendorong perkembangan dari perikehidupan manusia berjalan ke arah dan
sesuai dengan kaidah-kaidah agama;
v Upaya
yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan
perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakatan
yang sesuai dengan dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu
perkembangan dan pemecahan masalah.
Landasan
yuridis-formal berkenaan dengan berbagai peraturan dan perundangan yang berlaku
di Indonesia tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling, yang bersumber
dari Undang-Undang Dasar, Undang – Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan
Menteri serta berbagai aturan dan pedoman lainnya yang mengatur tentang
penyelenggaraan bimbingan dan konseling di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Sebagai
sebuah layanan profesional, bimbingan dan konseling harus dibangun di atas
landasan yang kokoh. Landasan bimbingan dan konseling tersebut meliputi:
v Landasan
filosofis,
v Landasan
psikologis, yang meliputi : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan
lingkungan; (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (d) kepribadian.
v Landasan
sosial-budaya; dan
v Landasan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Layanan
bimbingan dan konseling dalam konteks Indonesia, di samping berlandaskan pada
keempat aspek tersebut di atas, kiranya perlu memperhatikan pula landasan
pedagodis, landasan religius dan landasan yuridis-formal.
B. Saran
Supaya terhindar dari berbagai
penyimpangan dalam praktek layanan bimbingan dan konseling, setiap konselor
mutlak perlu memahami dan menguasai landasan-landasan bimbingan dan konseling
tersebut sebagai pijakan dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.
DAFTAR
PUSTAKA
ü Maswan.
2010.Bimbingan dan Konseling di Sekolah-Madrasah Upaya Memaksimalkan Potensi
Peserta Didik. Jepara : Karsa Manunggal Indonesia.
ü http://rinaanddiary.blogspot.com/2010/12/bimbingan-konseling.html
+ komentar + 1 komentar
Pengen belajar ilmu bimbingan konseling lebih banyak?
Yuk kunjungi : Bimbingan Konseling Area Website
Posting Komentar